27 Desember 2009

SURAT BUAT PEREMPUAN

Wahai adikku, malam lalu terakhir kita bertemu wajahmu begitu sumringah (aku belum menemukan kata yang tepat untuk menggambarkan keelokan wajahmu yang ketika itu begitu berseri-seri). Sumringah. Entah dari mana sebenarnya kata itu ber-rahim, yang pasti aku begitu terpesona oleh keberadaanmu ketika itu.

Menggunakan gaun hitam yang mungkin sedikit formil kau temui aku di rumah kopi, di mana kita biasa bertemu sepulang kantor.  Kau lantas (bahkan selalu) membuka pembicaraan dengan mengucapkan kalimat: "Hari yang indah."

Aku tidak tahu bagaimana engkau melihat dunia ini (mungkin dengan hatimu yang bening itu. Barangkali hati perempuan memang selalu bening?). Padahal yang terjadi di luar sana malam itu kilat mengelegar dan hujan turun begitu deras. Terlihat pula beberapa anak-anak penjaja ojeg payung berkaus oblong tetap berkhidmad mencari rejeki. Mungkin hari itu pun bagi mereka hari yang indah. Hujan adalah rahmat yang membawa rejeki.

Seperti sebuah protokol yang tertib, setelah mengatakan hari yang indah kau selalu berlanjut menanyakan keadaanku: "Bagaimana kabar kakak ?" katamu, yang segera kujawab baik-baik saja dan aku pun tersenyum lebar.

Tapi asal adik tahu, pada saat itu aku tak berkata jujur. Bagaimana aku bisa berkata jujur dan mengatakan keadaanku buruk - karna aku harus menjaga perasaanmu yang sedang ektase (meminjam pengertian kaum sufi). karna bahagia menjelang pernikahanmu.

Sejak semula aku telah tahu bahwa tujuanmu bertemu denganku di rumah kopi ini adalah untuk memberi surat undangan pernikahanmu secara pribadi. Seisi kantor telah mencium kabar bahwa kau akan menikah, dan mereka semua mengkonfirmasi padaku siapa lelaki yang beruntung itu.Teman-teman sekantor mengira aku - yang dianggap oleh mereka sebagai kakakmu - mengetahui itu. Tapi Dik, sungguh mati aku pun gelap akan peristiwa yang mungkin sangat membahagiakanmu itu. Sampai malam kemarin engkau memberitahuku secara jelas.

Adik, kita saling kenal telah lama. Sejak kecil sampai kini rumahmu tepat berada di depan rumahku. Kita berangkat dan pulang kerja bersama. Ibumu tak pernah lupa menitipkan dirimu padaku. Tapi bagaimana bisa aku tak terjamah kabar bahwa kau telah punya pasangan hidup sejak umur lima tahun. Benar-benar menyedihkan. Tapi tak apalah asal adik bahagia, seperti yang terlihat pada malam terakhir kita bertemu.

O ya, mungkin adik heran menemukan surat ini di atas meja kerja. Mungkin pula terkejut masih mendapati surat dengan format primitif (menggunakan amplop dan ditulis tangan) di era informasi ini. Tapi aku merasa ini menjadi lebih pribadi - terutama bila menyangkut dirimu -dengan menulis surat seperti ini.

Adik, mungkin ada baiknya mulai besok (dan lebih awal dimulai di alinea ini) setiap kita bertemu dan berbicara kita tanggalkan sebutan kak atau dik di depan nama kita masing-masing. Bukan  saya marah karna kabar pernikahanmu. Tapi karna saya menyesal bahwa sebutan itu secara tak sadar telah membuat jarak di antara kita. Membuat kita tak leluasa menjalin hubungan sebagai pribadi yang dewasa.

Aku bahkan menjadi tak pernah berani untuk sekedar mengajakmu - setelah kau dewasa - makan malam berdua atau melantai mesra (sorry, istilah kuno) sebagai pasangan kekasih. Dan sekali dua kali aku melihat pria yang coba dekat denganmu juga sungkan karna keberadaanku.

Engkau tahu, sebelumnya aku merasa senang oleh keadaan ini. Karna aku merasa akulah pria yang paling dekat denganmu. Namun setelah malam kemarin (mengetahui secara pasti kau akan menikah) baru aku menyadari bahwa keadaan selama ini ternyata tak sehat.

Jadi kalau kini aku secara sepihak ingin panggilan kak atau dik - yang sudah mulai digunakan sejak kau belajar bicara - itu dihilangkan, mungkin terlambat (aku ragu apa bisa membuat kita lebih dekat). Karna nanti setelah kau punya suami, untuk berangkat ke kantor pun kau tentu tak akan bersamaku lagi. Atau bahkan mungkin kau tak akan pernah bekerja lagi. Karna suamimu - yang akan bertanggung jawab terhadap nafkah lahir batinmu - barangkali memintamu berkonsentrasi penuh untuk mengurus keluarga (tapi aku ragu apa kau bersedia).  Sebab bahkan dulu kau sempat bercita-cita menjadi petinju wanita profesional. (Ingat tidak?) tapi lebih baik jangan, nanti wajahmu yang manis itu pada bengkak bin bengep. Mungkin sumo lebih pas dan elegan. Ha ha... (aku selalu geli mendengar cita-citamu waktu itu).

Tapi Ira (baru kini namamu ku sebut di surat ini bahkan tanpa embel-embel dik). Kau bebas menentukan sikap sepanjang tak melanggar syariat (ingat istri pertama Nabi Muhammad pun seorang pengusaha). Dan buatku, paling tidak  aku jadi insyaf bahwa tidak semua perempuan yang dijodohkan - bahkan sejak bayi - akan bersusah hati seperti dalam roman Siti Nurbaya. Maka seperti langit yang tampak semakin luas ketika bertemu laut biru, aku pun mencoba melapangkan dada untuk menerima kenyataan ini (mungkin terlambat untuk kau ketahui, bahwa aku sesungguhnya mencintaimu sebagai pribadi yang sama-sama dewasa).

Akhirnya seperti engkau yang selalu membuka perjumpaan dengan mengatakan : hari yang indah. Aku pun akan menutup surat ini dengan mengatakan : semoga harimu indah selalu (saat aku menulis surat ini di luar sedang turun hujan lebat, dan pasti ini hari yang indah pula bagi anak-anak penjaja ojeg payung. Semoga).

Dapatkan anak yang banyak dan lucu , selamat menikah.


M Dadan Suryana



47 komentar:

Ivan Kavalera mengatakan...

hmm, perempuan memang adalah makhluk yang misterius..

kedai kopi mengatakan...

tapi gimana pun, perempuan adalah makhluk yang indah kan?

Bahauddin Amyasi mengatakan...

Wah, ceritanya benar-benar menggerimis, Bang.

Bagaimanakah kau mengucapkan selamat tinggal pada perempuan yang kau cintai? Apakah hanya dengan sebait surat, atau ada sentuhan-sentuhan? Haha..

Salam sukse, Bang...

NOOR'S mengatakan...

Sedih banget mas ceritanya, sampai2 langitpun mencurahkan airmata saat kau menulis surat...eh ini beneran mas ?

Kang Sugeng mengatakan...

Sungguh surat yg sangat menggugah Bang... Selamat menempuh hidup baru buat dia

Kang... ambil award di tempatku ya...

acierin mengatakan...

bagus bangettt...

Si_Isna mengatakan...

"Maka seperti langit yang tampak semakin luas ketika bertemu laut biru, aku pun mencoba melapangkan dada untuk menerima kenyataan ini."

saya suka banget kalimat itu mas...
dalemmmm banget...

sibaho way mengatakan...

hehehe... asli saya tersindir karena pernah mengalami hal yang nyaris sama.. :D

Unknown mengatakan...

Sedih dan miris Bang
tapi, saya juga pernah mengalami hal itu
kayanya saya harus mengirim surat kepada lelaki itu ya..
:D

Lady mengatakan...

JEDERRR!!!

Hik! I doubt myself cant accept such kind of thing in my life. But I believe, there will be another blessing for me to have

:)

just Rosi mengatakan...

heks, nelen ludah mode on. yah justru bagi saya pria itu jauh lebih misterius. uda tahu suka tapi napa ngga diungkapkan ? padahal sp tahu sang wanita juga memiliki rasa yg sama tapi tak berani memulai ? hidup memang aneh

nuranuraniku.blogspot.com mengatakan...

salam sobat
menarik artikelnya mas,,
ini surat termasuk buat saya nich,,kan untuk perempuan..
masalahnya terakhir yang kata dapatkan anak yg banyak dan lucu,selamat ,menikah, itu seperti dari seseorang yang pernah dekat dengan sobat.

Pelakon Takdir mengatakan...

salam sejahtera
kunjungan balik
ceritanya sedih
tapi walau bagaimana pun wanita adalah makhluk terindah yang pernah diciptakan oleh Tuhan.khan kita dilahirkan oleh seorang wanita

Ninda Rahadi mengatakan...

kayaknya mas udah lama banget nunggu tapi ngga bisa bilang ya...


aku hanyut dipostingan ini, lagi-lagi ingat cicak-cicak didindingnya dewi lestari

fanny mengatakan...

sedihnya. cinta tak kesampaian.

buwel mengatakan...

surat yang indah dari yang indah untuk yang indah....

lina@happy family mengatakan...

Cerita tentang kasih tak sampai yang sedih tapi indah..

Ipin's Coll mengatakan...

disini memang tempatnya rumah yang penuh ide dan cerita, membaca cerpen dan puisi yahh disini ini...sipppp kawan thankss

Seti@wan Dirgant@Ra mengatakan...

Saya jadi terenyuh membacanya...
Kisahnya mirip dengan yang pernah saya alami.

Lolly mengatakan...

hmmmm....
hmm...
hm...
*mikir mau komen apa yang pas*

hmmm..

Re_Notxa mengatakan...

pahit.... kasian sangat.

Kabar Kampus mengatakan...

Luar biasa ceritanya. Bisa membawa perasaan.

kawanlama95 mengatakan...

bang , kenapa kau membiarkan hatimu yang sudah mencinta sejak dulu. kau acuhkan perasanmu hanya karena dia seperti adik. duh engkau ...
harusnya ini tidak terjadi. batalkan pernikah itu. berat -berat

abeng beng /arjopedal mengatakan...

salm kenal
cerita melo ni mas sampai terhanyut dalam cerianya sat mebaca

nuansa pena mengatakan...

wanita itu misterius, coba bayangkan kalau berkata YA bisa Tidak dan Tidak bisa YA, kalau kita tidak peka akan kelembutannya jadi berantakan!

ellysuryani mengatakan...

Hm....pesan yang indah untuk sang adik. Selamat menikah untuk adiknya sobat.

Lina mengatakan...

dijodohin ya...
yah.., yah, yah,...

semoga harinya bang dadan juga indah, meski dia sudah akan menikah

attayaya mengatakan...

semoga hari-harinya, hari-hari kita selalu indah
selamat berbahagia

Munir ardi mengatakan...

Kadang cinta sudah cukup, bila kita melihat orang yang kita cintai hidup bahagia meski bersama orang lain

Blogger Bumi Lasinrang mengatakan...

Cerita yang luar biasa datang ke blogku ya sob seorang newbie

Irawan mengatakan...

Wah ceritanya nyesek, mungkin si pria tidak pernah mengungkapkan perasaannya sehingga si wanita tidak pernah mengerti isi hatinya. Atau bisa saja si wanita sudah tau perasaan si wanita, tapi dia sudah lelah dan terlalu lama menunggu.

elyas ngeblog mengatakan...

numpang baca baca yaaa..mantab

an4k`SinGKonG mengatakan...

i lope emaaaaaakkkk

Agung Aritanto mengatakan...

Kasian juga yaaa padahal udah begitu dekat dengan dia sejak kecil pula namun apa daya cinta bertepuk sebelah tangan yang sabar yaaaa

Andie mengatakan...

bukan jodoh kali ya.. hmm... btw selamat tahun baru yaaa....

hery mengatakan...

wach duch boleh nich bagi-bagi oce.

hery mengatakan...

sip dech cink uce

hery mengatakan...

Sory nih masih tes

Mr, Kem mengatakan...

waaah..menyedihkan sekali ceritanya. mudah2an aja hanya cerpen doang..hehe

ocheholic mengatakan...

>>Tapi karna saya menyesal bahwa sebutan itu secara tak sadar telah membuat jarak di antara kita. Membuat kita tak leluasa menjalin hubungan sebagai pribadi yang dewasa.

...
perna ngalamin yg kek gini niy,,huhuhu..
cerpennya keren!

Ninda Rahadi mengatakan...

iya mas.. sekarang saya pakai jilbab hehe ketinggalan ya sama yang lain taunya :p itu resolusi saya dipostingan ini http://nindalicious.blogspot.com/2009/12/welcome-2010.html

Miawruu mengatakan...

ini cerpen aja atau pengalaman pribadi nih? kalo pengalaman pribadi... yg tabah aja ya... cep cep cep...

fanny mengatakan...

met tahun baru di hari ke 4. semoga sukses

buwel mengatakan...

selamat sore, sukses selalu ya...

rhy mengatakan...

kereennn.. moga gak nyesel yah? apa nyesel se nyesel2 nya karena selama ini telat hehe :)

Anonim mengatakan...

mantap kali tulisannya. Keep spirit of blogging!

terima kasih

Dea Situmorang

obat telat bulan mengatakan...

thanks gan artikelnya.